“ Knapa si A gak datang, knapa si B tidak
amanah, knapa si C ini dan itu, Bukankah ia kader dakwah? Kader tarbyah ? tapi
kok kelakuannya kaya’ gitu ?”
Mungkin
dalam beberapa agenda, kepanitiaan, atau kegiatan lain yang melibatkan
kontribusi para kader, pertanyaan seperti itu sering kita ucapkan atau kita
dengar. Pertanyaan yang menimbulkan kesan negative terhadap yang bersangkutan.
Wajar saja, karena mungkin di pemikirannya, ketika julukan kader tarbyah telah
melekat dalam diri seseorang, maka yang ada adalah orang itu sudah “ faham “,
dalam arti orang itu senantiasa bersemangat dalam setiap agenda, disiplin,
militan, jago diskusi, dan lain-lain.
Yah.
Terkadang kita banyak menuntut. Menuntut kesempurnaan dari manusia berlabelkan
kader tarbyah. Sehingga ketika apa yang kita harapkan darinya tidak terwujud,
maka lagi-lagi pertanyaan itu muncul “ kok begitu, bukankah dia seorang kader
?”. Sedikit mengutip dari buku Sudahkah Kita Tarbyah “ …- ada tiga sebab mengapa seorang pemain tidak mampu menerjemahkan instruksi
pelatih di lapangan. Sebab pertama, seorang pemain tidak paham dengan apa yang
dimaui pelatih. Ketidaktahuan seorang pemain membuatnya banyak membuat
kesalahan. Sebab kedua, seorang pemain sudah mengalami kelelahan, sehingga
meski ia tahu apa yang harus dikerjakannya, ia tetap tidak mampu menunaikan
tugas dan perannya dengan baik. Sebab ketiga,
seorang pemain malas atau menentang instruksi pelatih dengan berbagai
alasan. Misalnya, karena perbedaan persepsi, atau perbedaan pendapat, atau
perbedaan tujuan. Ketidakmampuan jenis ini dilakukan oleh pemimpin dengan
kesadaran penuh untuk membangkang instruksi pelatih”. Jika disubtitusikan
ke dalam aktifitas dakwah, maka saya kira tidak jauh beda. Saya ingin
menambahkan point ke empat, yakni pemain tidak cinta lagi dengan apa yang
dikerjakannya. Semangat di awal, akan tetapi, semangat itu kian pudar termakan
waktu ditambah lagi tidak adanya pembaharuan. Komplit dah.
Contoh
yang bisa kita lihat adalah dalam kehidupan berorganisasi. Kadang para aktor
yang berkecimpung dalam wilayah itu tidak semuanya betul-betul menaruh hati
terhadap apa yang diembannya itu. Hingga, kerjanya pun macet-macet, terkecuali
jika memang dia punya alasan yang logis. Sekarang kita mnghubungkannya dengan
dakwah, karena kita tertaut dalam organisasi dakwah. Dalam Fadhail Dakwah
dituliskan : Jika kita melihat ayat-ayat
Al-Quran maupun hadist-hadist Rasulullah saw, kita akan banyak menemukan
fadhail(keutamaan ) dakwah yang luar biasa. Dengan mengetahui, memahami, dan
menghayati keutamaan dakwahini seorang muslim akan termotivasi kuat untuk
melakukan dakwah dan bergabung bersama kafilah dakwah dimanapun ia berada.
Mengetahui keutamaan dakwah termasuk faktor terpenting yang mempengaruhi
konsistensi seorang muslim dalam berdakwah dan menjaga semangat dakwah, karena
keyakinan terhadap keutamaan dakwah apat menjadikannya merasa ringan menhadapi
beban dan rintanga dakwah betapapun beratnya. Keutamaan-keutamaan dakwah yakni
Dakwah adalah Tugas Muhimmatur Rusul ( Tugas para Rasul)- QS.Yusuf : 108, QS.
Nuh : 5, ; Ahsanul A’mal ( Amal yang
terbaik )-QS. Fushilat : 33; Para Da’i dakwah akan memperoleh balasan yang
besar adan berlipat ganda- Hadist ; Menyelamatkan kita dari azab Allah-Hadist ;
Jalan Menuju Khairu Ummah – Ali Imran : 110.
Yang
menjadi pertanyaan sekarang adalah, kita yang kemudian tergabung dalam
organisasi dakwah, mengapa kita terkadang
kelihatan lesu dalam bekerja ? Sementara fadhail dakwah sungguh luar
biasa. Jawabannya, menurut saya, karena belum faham betul ttg fadhail itu.
Mungkin kita tahu keutamaanya, dari A sampai Z, tapi kita belum difahamkan.
Belum tertanam secara kuat dalam hati dan benak kita. Mungkin sudah puluhan
buku dakwah kita baca, ta’lim-ta’lim yang kita ikuti, bahkan tarbyah pun
menjadi menu pekanan kita. Akan tetapi, ketika petunjuk itu belum datang, ya
seperti itulah. "Sesungguhnya
kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.." (Al-Qashash :
56).
Saya disini bukan mau menghakimi
siapapun yang tidak bersemangat dalam kerja-kerja dakwah, saya sendiripun belum
bisa mengukur sejauh mana semangat saya. Hanya, ingin mengatakan bahwa, ketika
saudara-saudara kita satu organisasi terlihat down, bahkan mungkin tidak pernah
terlihat dalam agenda-agenda, meskipun
dia orang yang tertarbyah, maka beberapa kemungkinan, yakni memang dia tidak
cinta dengan organisasi itu, dijebak, terlebih ketika ternyata dipaksa masuk
organisasi, atau yang lebih kita takutkan adalah belum ditanamkan petunjuk oleh-Nya.
Sehingga ketika kondisi seperti itu kita jumpai, terkadang kita jengkel, marah,
dan apalah terhadapnya. Padahal kita tidak tahu kondisi yang sesungguhnya. Kita
berlindung kepada Allah dari hal-hal seperti ini.
Lanjut dalam buku itu “ Hanya
mereka yang terberdayakan yang akan senantiasa siap memikul beban dakwah. Beban
dakwah hanya sanggup dipikul oleh mereka yang
mengerti tentang apa dan bagaimana dakwah itu”. Tugas kita sekarang,
adalah bagaimana kita mencari hati dakwah itu untuk kemudian kita rebut, kita
sandingkan ia dengan hati kita, dan kita rawat, sehingga ia pun bisa merawat
hati kita. Sehingga kita menjalani rutinitas kita dengan penuh cinta.
Seorang
anak kecil, ketika disuguhi makanan, tetapi ia tidak suka, kita pun terus
memaksa agar ia mau memakannya. Tetap saja ia tidak mau. Kita pun kecewa.
Karena bosan merasa dipaksa, sang anak pun lari meninggalkan kita. Bahkan,
lebih parahnya lagi, makanan itu diambil sang anak kemudian dilemparkan.#
Marahversianakkecil
Milik
Allah lah segala petunjuk
Ya
Raab …
Fahamkanlah
kami tentang dakwah
Langkahkanlah
kaki kami di atas jalan dakwah
Naungilah
kami di bawah langit dakwah
Dan
jadikanlah kami diantara orang-orang yang senantiasa Engkau istiqomahkan di
jalan dakwah