Sabtu, 28 April 2012

Ketika Dakwah belum Merasuk ke Sendi Kehidupan


 “ Knapa si A gak datang, knapa si B tidak amanah, knapa si C ini dan itu, Bukankah ia kader dakwah? Kader tarbyah ? tapi kok kelakuannya kaya’ gitu ?”
Mungkin dalam beberapa agenda, kepanitiaan, atau kegiatan lain yang melibatkan kontribusi para kader, pertanyaan seperti itu sering kita ucapkan atau kita dengar. Pertanyaan yang menimbulkan kesan negative terhadap yang bersangkutan. Wajar saja, karena mungkin di pemikirannya, ketika julukan kader tarbyah telah melekat dalam diri seseorang, maka yang ada adalah orang itu sudah “ faham “, dalam arti orang itu senantiasa bersemangat dalam setiap agenda, disiplin, militan, jago diskusi, dan lain-lain.
Yah. Terkadang kita banyak menuntut. Menuntut kesempurnaan dari manusia berlabelkan kader tarbyah. Sehingga ketika apa yang kita harapkan darinya tidak terwujud, maka lagi-lagi pertanyaan itu muncul “ kok begitu, bukankah dia seorang kader ?”. Sedikit mengutip dari buku Sudahkah Kita Tarbyah “ …- ada tiga sebab mengapa seorang pemain tidak mampu menerjemahkan instruksi pelatih di lapangan. Sebab pertama, seorang pemain tidak paham dengan apa yang dimaui pelatih. Ketidaktahuan seorang pemain membuatnya banyak membuat kesalahan. Sebab kedua, seorang pemain sudah mengalami kelelahan, sehingga meski ia tahu apa yang harus dikerjakannya, ia tetap tidak mampu menunaikan tugas dan perannya dengan baik. Sebab ketiga,  seorang pemain malas atau menentang instruksi pelatih dengan berbagai alasan. Misalnya, karena perbedaan persepsi, atau perbedaan pendapat, atau perbedaan tujuan. Ketidakmampuan jenis ini dilakukan oleh pemimpin dengan kesadaran penuh untuk membangkang instruksi pelatih”. Jika disubtitusikan ke dalam aktifitas dakwah, maka saya kira tidak jauh beda. Saya ingin menambahkan point ke empat, yakni pemain tidak cinta lagi dengan apa yang dikerjakannya. Semangat di awal, akan tetapi, semangat itu kian pudar termakan waktu ditambah lagi tidak adanya pembaharuan. Komplit dah.
Contoh yang bisa kita lihat adalah dalam kehidupan berorganisasi. Kadang para aktor yang berkecimpung dalam wilayah itu tidak semuanya betul-betul menaruh hati terhadap apa yang diembannya itu. Hingga, kerjanya pun macet-macet, terkecuali jika memang dia punya alasan yang logis. Sekarang kita mnghubungkannya dengan dakwah, karena kita tertaut dalam organisasi dakwah. Dalam Fadhail Dakwah dituliskan : Jika kita melihat ayat-ayat Al-Quran maupun hadist-hadist Rasulullah saw, kita akan banyak menemukan fadhail(keutamaan ) dakwah yang luar biasa. Dengan mengetahui, memahami, dan menghayati keutamaan dakwahini seorang muslim akan termotivasi kuat   untuk melakukan dakwah dan bergabung bersama kafilah dakwah dimanapun ia berada. Mengetahui keutamaan dakwah termasuk faktor terpenting yang mempengaruhi konsistensi seorang muslim dalam berdakwah dan menjaga semangat dakwah, karena keyakinan terhadap keutamaan dakwah apat menjadikannya merasa ringan menhadapi beban dan rintanga dakwah betapapun beratnya. Keutamaan-keutamaan dakwah yakni Dakwah adalah Tugas Muhimmatur Rusul ( Tugas para Rasul)- QS.Yusuf : 108, QS. Nuh : 5,  ; Ahsanul A’mal ( Amal yang terbaik )-QS. Fushilat : 33; Para Da’i dakwah akan memperoleh balasan yang besar adan berlipat ganda- Hadist ; Menyelamatkan kita dari azab Allah-Hadist ; Jalan Menuju Khairu Ummah – Ali Imran : 110.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, kita yang kemudian tergabung dalam organisasi dakwah, mengapa kita terkadang  kelihatan lesu dalam bekerja ? Sementara fadhail dakwah sungguh luar biasa. Jawabannya, menurut saya, karena belum faham betul ttg fadhail itu. Mungkin kita tahu keutamaanya, dari A sampai Z, tapi kita belum difahamkan. Belum tertanam secara kuat dalam hati dan benak kita. Mungkin sudah puluhan buku dakwah kita baca, ta’lim-ta’lim yang kita ikuti, bahkan tarbyah pun menjadi menu pekanan kita. Akan tetapi, ketika petunjuk itu belum datang, ya seperti itulah. "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.." (Al-Qashash : 56).
Saya disini bukan mau menghakimi siapapun yang tidak bersemangat dalam kerja-kerja dakwah, saya sendiripun belum bisa mengukur sejauh mana semangat saya. Hanya, ingin mengatakan bahwa, ketika saudara-saudara kita satu organisasi terlihat down, bahkan mungkin tidak pernah terlihat dalam  agenda-agenda, meskipun dia orang yang tertarbyah, maka beberapa kemungkinan, yakni memang dia tidak cinta dengan organisasi itu, dijebak, terlebih ketika ternyata dipaksa masuk organisasi, atau yang lebih kita takutkan adalah belum ditanamkan petunjuk oleh-Nya. Sehingga ketika kondisi seperti itu kita jumpai, terkadang kita jengkel, marah, dan apalah terhadapnya. Padahal kita tidak tahu kondisi yang sesungguhnya. Kita berlindung kepada Allah dari hal-hal seperti ini.
Lanjut dalam buku itu “ Hanya mereka yang terberdayakan yang akan senantiasa siap memikul beban dakwah. Beban dakwah hanya sanggup dipikul oleh mereka yang  mengerti tentang apa dan bagaimana dakwah itu”. Tugas kita sekarang, adalah bagaimana kita mencari hati dakwah itu untuk kemudian kita rebut, kita sandingkan ia dengan hati kita, dan kita rawat, sehingga ia pun bisa merawat hati kita. Sehingga kita menjalani rutinitas kita dengan penuh cinta.
Seorang anak kecil, ketika disuguhi makanan, tetapi ia tidak suka, kita pun terus memaksa agar ia mau memakannya. Tetap saja ia tidak mau. Kita pun kecewa. Karena bosan merasa dipaksa, sang anak pun lari meninggalkan kita. Bahkan, lebih parahnya lagi, makanan itu diambil sang anak kemudian dilemparkan.# Marahversianakkecil

Milik Allah lah segala petunjuk

Ya Raab …
Fahamkanlah kami tentang dakwah
Langkahkanlah kaki kami di atas jalan dakwah
Naungilah kami di bawah langit dakwah
Dan jadikanlah kami diantara orang-orang yang senantiasa Engkau istiqomahkan di jalan dakwah