Senin, 31 Januari 2011

Bagaimana Menyentuh Hati # BAGIAN 2 #


Tukang Sapu dan Tukang Sampah
Ada seorang akh bertanya kepada saya tentang”kiat sukses memikat hati”. Saya katakan,” Kita percaya bahwa manusia itu sama. Ini tercermin ketika kaum muslimin berada di dalam masjid. Yang miskin duduk berampingan dengan yang kaya, yang lemah berdampingan yang kuat, tukang sapu dan tukang sampah sama seperti kebanyakan manusia lain dalam masjid. Tetapi sayang, hal ini tidak diaplikasikan diluar masjid. Apakah ketika anda lewat di jalanan dan bertemu salah seorang tukang sapu, Anda mengucapkan salam padanya?”
“Tidak,” jawabnya.
Saya katakan,” Itu karena Anda tidak peduli kepadanya. Sungguh, Rasul saw. Telah melarang perbuatan demikian melalu sabdanya,” Janganlah kalian menganggap remeh suatu kebaikan walau itu hanya sekedar bermuka ceria ketika bertemu saudaramu.” Bila anda melakukan hal itu, lalu anda ucapkan salam kepadanya, baik kenal maupun tidak, berarti Anda telah menhargai dirinya dan memberinya rasa optimis dalam menatap kehidupan, karena sebelumnya ia merasa dari golongan terasing dalam masyarakat. Ia merasa tidak seorang pun yang menghargainya atau sekedar mengajaknya berbicara dengan baik.
Bila Anda ucapkan salam kepadanya di suatu hari, maka ia akan menantimu lewat di jalan itu, hanya untuk mendapatkan salam darimu. Ketahuilah, telah banyak orang yang mengabaikan sesuatu yang selama ini ia cari-cari dan dambakan.”
Pada hakikatnya tukang sapu dan tukang sampah yang bekerja sebagai petugas mengumpulkan sampah dari rumah ke rumah dan dari jalanan ke jalanan, berhak mendapatkan penghargaan. Karena kita merasa terbantu dengan pekerjaan yang sulit dan kotor ini.
Oleh karena itu, Negara berkewajiban memberikan gaji yang berlipat atau memberinya tunjangan biaya kesehatan. Karena pada hakikatnya, ia lebih mudah terserang banyak penyakit, yag disebabkan oleh seringnya berhubungan dengan kotoran-kotoran itu.
Jika kita memahami tujuan dakwah, yaitu dakwah pembenahan, guna meujudkan masyarakat islami, maka tidak akan terlewat dari pikiran kita untuk memahami kenyataan ini, yang dapat menyatukan hati dan menjernihkan akhlak.
Pada suatu hari saya berada di masjid Kurmuz, Iskandaria, membicaakan hal tentng hal ini bersama beberapa ikhwah. Ketika saya selesai berbicara, tiba-tiba saya dihampiri seorang pemuda, seraya mengatakan,”Saya sangat terkesan dengan pembahasan ini.” Setelah saya tanya, ternyata ia bekerja sabagai tukang kebesihan dan tukang sapu. Lalu saya katakana,” Bukankah kannas (tukang sapu) itu kan-nas ( sama seperti manusia lain)?”
Sungguh, ini kata-kata spontan belaka, yang kebetulan pas saja.
***

Dikutip dari buku :” Bagaimana Menyentuh Hati” karya Abbas As-Siisiy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar